Sabtu, 04 Januari 2014

MENGHARGAI SESAMA


Hari senin ketika selesai upacara bendera dan selesai diumumkan nya yang mengikuti lomba cerdas-cermat antar sekolah. Tetapi ada seorang murid pintar yang bahwa dirinya berhak mengikuti lomba itu namun tidak terpilih, ialah Arya seorang murid yang pindah dari sekolah TOP dijakarta dan sekarang bersekolah di SDN 5.
“Fahmi, ini kubawakan buku ensiklopedi, Mungkin berguna kalau kamu mau membacanya.” ujar arya sambil meletakan tiga jilid buku tebal di meja fahmi. Fahmi tertawa kecut. “terima kasih atas perhatianmu. Kenapa tidak dari minggu lalu?”. “aku baru menyadari semalam bahwa sikapku salah. Seharusnya aku tidak menolak ajakanmu dulu. Tetapi, sekarang sudah terlambat. Aku enggak mungkin menggeser lita atau fika.” “ya, tentu saja. Aku tidak setuju kmu menggeser siapa pun dari kami. Semangat kami sudah menyala-nyala.”  Arya menganggukan kepala. “bagi-bagi saja buku eklopedia ini dengan yang lain. Kalau sudah selesai, jangan lupa kembalikan.” “baik. Terima kasih atas perhatianmu. Kupikir kamu sama sekali tidak peduli dengan semangat kami.” Arya menuju bangkunya tanpa menyahut.
Ia kecewa karena semula berharap fahmi akan tersentuh dan mengajaknya menjadi tim sekolah ke kuis itu. Kalau memang fika dan lita tidak bisa diganti, apa susahnya mengganti satu dari dua anak kelas lima itu. Arya jadi menyesal dengan penolakannya dulu. Kalau saja iya biasa kembali ke waktu itu, tentu ia sudah jadi anggota tim yang bakal melawan lana, frida, dan kawan kawannya. Seharian itu, akhirnya arya hanya biasa mencoba member semangat pada lita dan fika seperti teman- teman lainnya. Namun jauh di dalam hati kecil arya, ia masih ragu dengan kemampuan teman-temannya itu menghadapi lana dan frida. Masih banyak pertanyaan arya yang tidak bisa dijawab lita dan fika.
“berapa jarak bumi dari matahari?”  “aduh, aku nggak ingat. Tapi apa pentingnya sih, jarak itu buat kita? Memangnya manusia bumi mau ke matahri?” kilah fika.
“sebutkan nama – nama mantan sekertaris  PBB?” “wah kalau minta tujuh manusia kerdil sahabat putri salju, aku hafal semuanya. Kamu nanya jangan susah susah dong, ya!” protes lita
“ kalau kalian nggak tau apa apa, gimana mau menang!” arya langsung melotot. Kali ini dia jadi ikut kesal karena ketidaktahuan kedua temannya.
“lho , tiba tiba kok, kamu jadi lebih galak dari bu retno?” lita dan fika bingung.
Huh! Arya baru menyadari kesewotannya. Ia jadi lepas kendali. Lalu, bel tanda bubar berbunyi . karena banyak  yang merasa lapar, mereka langsung berlarian menuju rumah mereka. Padahal, jam pulang sekolah mereka selalu bertepatan dengan pulangnya bus sekolah SDN 5 dari lapangan olahraga mereka dan kadang bus itu berlari kencang, meski  jalan yang mereka lalui bukan jalan raya seperti di depan sekolah mereka.
Ngiiik! Bruk! (SUARA BUS BERHENTI)
Suara jeritan langsung terdengar ramai. Dari anak-anak di dalam bus sekolah, juga anak-anak SDN 6. Rya yang melihatnya pun langsung berteriak tak kalah kencangnya. Seorang murid laki-laki kelas lima terserempet bus sekolah itu. Herannya, bus itu tak mau berhenti , meninggalkan begitu saja anak lelaki itu terkapar di pinggir jalan. Sebelum anak-anak mendekati tubuh itu,  dengan gerak cepat seorang pria datang menghampiri anak itu . pria itu langsung menggendongnya dan menyetop sebuah mobil angkutan umum yang lewat.
“bawa kami kerumah sakit!” teriak pria itu. Ara terpana melihatnya. Ia melihat mata pria itu menangis. Tangannya bersimbah darah di pelipis anak kelas lima yang tak sadarkan diri. Kepala sekolah dan guru-guru langsung keluar untuk mengetahui apa yang terjadi.
“reihan di serempet bus. Tadi langsung dibawa bang nasrul dengan angkot  ke rumah sakit,” lapor fahmi yang ikut menjadi saksi mata.
Kepala sekolah dan beberapa guru langsung mengambil keputusan menyusul ke rumah sakit. Sementara murid-murid agar segera pulang ke rumah.
“jadi, orang tadi itu yang namanya bang nasrul?” Tanya arya sambil menjajari langkah fika dan lita. Rumah mereka memang searah.
“iya. Orang yang menolong reihan tadi memang bang nasrul,” jawab fika. “tapi dia tidak seperti orang gila?” “kami memang tidak menganggapnya sebagai orang gila, kok. Kami dia terganggu ingatan karena kecelakaan yang membuat istri dan anaknya meninggal. Makanya, dia punya kebiaaan aneh, tepekur di pinggir jalan manapun”.  “dan itu sebabnya tadi dia kelihatan sedih,” timpal lita menambahkan.
“dan reihan ….” Arya menyebutnya dengan hati hati. “ya, dia memang anggota tim kami dari kelas lima. Wah, padahal dia murid paling pintar di kelas lima. Bahkan, kadang dia lebih tahu banyak hal dari kami,” sambar fika.
“semoga dia baik-baik saja,”harap lita. Arya menelan ludah . tiba-tiba ia jadi berharap licik. Ia mengharap reihan mengundurkan diri , dan kepala sekolah memintanya menggantikan reihan. Tapi … tidak! Aku tidak boleh berharap seperti itu, sisi batin arya lainya berteriak.
Aku harus berdoa agar dia sembuh. Aku tidak boleh mendokan keburukan bagi orang lain demi keuntunganku. Arya malu pada dirinya sendiri. “kenapa , ya? Kalau reihan diganti, kamu mau ikut dalam tim kami?” Tanya fika kemudian. Arya terhenyak. Ia tak mau menjawabnya. Arya hanya terdiam, lalu menendang kerikil kecil di sisi jalan. Seperti yang sudah di duga, peristiwa itu berbuntut panjang. Reihan harus dirawat di rumah sakit karena sakitnya parah. Patah lengan kanan dan geger otak. Pihak sekolah negeri maju bersedia menanggung semua pengobatan. Sopir bus sekolah itu  sempat ditahan di kantor polisi, namun kemudian di bebaskan dan di pecat dari pekerjaannya. Kasihan juga. Menurut pengakuannya, ia ngebut karena dipaksa murid murid di dalam bus yang ia kemudikan itu. Melihat situasi seperti itu, bu retno langsung memutuskan mengajak arya menggantikan posisi reihan. Arya langsung menerimanya meski, ia sebenarnya tak enak hati. Ya, kalu saja teman-temannya tahu bahwa ia pun menginginkan dapat menggantikan reihan, tentu memalukan sekali
 ”kita harus memenangkan kuis itu! Hadiahnya bisa kita sumbangkan buat memperbaiki gedung sekolah kita!” seru arya di depan teman temannya saat berlatih. “ya, aku juga setuju! Selain itu demi reihan!” sahut fahmi ikut menyemangati.
Fika, lita dan dammar, sisa anak kelas lima yang ikut, langsung mengacungkan kepalan. Sisa tiga hari untuk bertanding. Kelimanya saling membakar  semangat bertanding. Semangat dengan niat belum tentu sama.
Untuk membakar semangat mereka, sengaja sore harinya mereka membesuk reihan di rumah sakit. Anak itu tampak lebih baik dari pada yang mereka lihat sebelumnya. Sudah bisa membaca buku-buku yang di bawakan teman-temannya.
“ya, bu retno sudah memberitahuku kalau aku akan di gantikan kak arya. Bagiku itu justru hal yang membanggakan. Soalnya, kak arya kan pindahan dari sekolah ngetop di Jakarta. Katanya juga, dulu selalu rangking pertama di kelas,” komentar raihan ketika membahas soal kuis uji cerdas.
Arya tersenyum. Ia merasa dibahunya ada sedikit beban yang harus dipikulnya. Ya, sebuah tanggung jawab.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar