Hari senin ketika selesai upacara
bendera dan selesai diumumkan nya yang mengikuti lomba cerdas-cermat antar
sekolah. Tetapi ada seorang murid pintar yang bahwa dirinya berhak mengikuti
lomba itu namun tidak terpilih, ialah Arya seorang murid yang pindah dari
sekolah TOP dijakarta dan sekarang bersekolah di SDN 5.
“Fahmi, ini kubawakan buku
ensiklopedi, Mungkin berguna kalau kamu mau membacanya.” ujar arya sambil meletakan
tiga jilid buku tebal di meja fahmi. Fahmi tertawa kecut. “terima kasih atas
perhatianmu. Kenapa tidak dari minggu lalu?”. “aku baru menyadari semalam bahwa
sikapku salah. Seharusnya aku tidak menolak ajakanmu dulu. Tetapi, sekarang sudah
terlambat. Aku enggak mungkin menggeser lita atau fika.” “ya, tentu saja. Aku
tidak setuju kmu menggeser siapa pun dari kami. Semangat kami sudah
menyala-nyala.” Arya menganggukan
kepala. “bagi-bagi saja buku eklopedia ini dengan yang lain. Kalau sudah
selesai, jangan lupa kembalikan.” “baik. Terima kasih atas perhatianmu. Kupikir
kamu sama sekali tidak peduli dengan semangat kami.” Arya menuju bangkunya
tanpa menyahut.
Ia kecewa karena semula berharap
fahmi akan tersentuh dan mengajaknya menjadi tim sekolah ke kuis itu. Kalau
memang fika dan lita tidak bisa diganti, apa susahnya mengganti satu dari dua
anak kelas lima itu. Arya jadi menyesal dengan penolakannya dulu. Kalau saja
iya biasa kembali ke waktu itu, tentu ia sudah jadi anggota tim yang bakal
melawan lana, frida, dan kawan kawannya. Seharian itu, akhirnya arya hanya biasa
mencoba member semangat pada lita dan fika seperti teman- teman lainnya. Namun
jauh di dalam hati kecil arya, ia masih ragu dengan kemampuan teman-temannya
itu menghadapi lana dan frida. Masih banyak pertanyaan arya yang tidak bisa
dijawab lita dan fika.
“berapa jarak bumi dari matahari?” “aduh, aku nggak ingat. Tapi apa pentingnya
sih, jarak itu buat kita? Memangnya manusia bumi mau ke matahri?” kilah fika.
“sebutkan nama – nama mantan sekertaris PBB?” “wah kalau minta tujuh manusia kerdil
sahabat putri salju, aku hafal semuanya. Kamu nanya jangan susah susah dong,
ya!” protes lita
“ kalau kalian nggak tau apa apa, gimana mau menang!” arya
langsung melotot. Kali ini dia jadi ikut kesal karena ketidaktahuan kedua
temannya.
“lho , tiba tiba kok, kamu jadi lebih galak dari bu retno?”
lita dan fika bingung.
Huh! Arya baru menyadari kesewotannya. Ia jadi lepas
kendali. Lalu, bel tanda bubar berbunyi . karena banyak yang merasa lapar, mereka langsung berlarian
menuju rumah mereka. Padahal, jam pulang sekolah mereka selalu bertepatan
dengan pulangnya bus sekolah SDN 5 dari lapangan olahraga mereka dan kadang bus
itu berlari kencang, meski jalan yang
mereka lalui bukan jalan raya seperti di depan sekolah mereka.
Ngiiik! Bruk! (SUARA BUS BERHENTI)
Suara jeritan langsung terdengar
ramai. Dari anak-anak di dalam bus sekolah, juga anak-anak SDN 6. Rya yang
melihatnya pun langsung berteriak tak kalah kencangnya. Seorang murid laki-laki
kelas lima terserempet bus sekolah itu. Herannya, bus itu tak mau berhenti ,
meninggalkan begitu saja anak lelaki itu terkapar di pinggir jalan. Sebelum
anak-anak mendekati tubuh itu, dengan
gerak cepat seorang pria datang menghampiri anak itu . pria itu langsung
menggendongnya dan menyetop sebuah mobil angkutan umum yang lewat.
“bawa kami kerumah sakit!” teriak pria itu. Ara terpana
melihatnya. Ia melihat mata pria itu menangis. Tangannya bersimbah darah di
pelipis anak kelas lima yang tak sadarkan diri. Kepala sekolah dan guru-guru
langsung keluar untuk mengetahui apa yang terjadi.
“reihan di serempet bus. Tadi langsung dibawa bang nasrul
dengan angkot ke rumah sakit,” lapor
fahmi yang ikut menjadi saksi mata.
Kepala sekolah dan beberapa guru langsung mengambil
keputusan menyusul ke rumah sakit. Sementara murid-murid agar segera pulang ke rumah.
“jadi, orang tadi itu yang namanya bang nasrul?” Tanya arya
sambil menjajari langkah fika dan lita. Rumah mereka memang searah.
“iya. Orang yang menolong reihan tadi memang bang nasrul,”
jawab fika. “tapi dia tidak seperti orang gila?” “kami memang tidak
menganggapnya sebagai orang gila, kok. Kami dia terganggu ingatan karena
kecelakaan yang membuat istri dan anaknya meninggal. Makanya, dia punya
kebiaaan aneh, tepekur di pinggir jalan manapun”. “dan itu sebabnya tadi dia kelihatan sedih,”
timpal lita menambahkan.
“dan reihan ….” Arya menyebutnya dengan hati hati. “ya, dia
memang anggota tim kami dari kelas lima. Wah, padahal dia murid paling pintar
di kelas lima. Bahkan, kadang dia lebih tahu banyak hal dari kami,” sambar
fika.
“semoga dia baik-baik saja,”harap lita. Arya menelan ludah .
tiba-tiba ia jadi berharap licik. Ia mengharap reihan mengundurkan diri , dan
kepala sekolah memintanya menggantikan reihan. Tapi … tidak! Aku tidak boleh
berharap seperti itu, sisi batin arya lainya berteriak.
Aku harus berdoa agar dia sembuh.
Aku tidak boleh mendokan keburukan bagi orang lain demi keuntunganku. Arya malu
pada dirinya sendiri. “kenapa , ya? Kalau reihan diganti, kamu mau ikut dalam
tim kami?” Tanya fika kemudian. Arya terhenyak. Ia tak mau menjawabnya. Arya
hanya terdiam, lalu menendang kerikil kecil di sisi jalan. Seperti yang sudah
di duga, peristiwa itu berbuntut panjang. Reihan harus dirawat di rumah sakit
karena sakitnya parah. Patah lengan kanan dan geger otak. Pihak sekolah negeri
maju bersedia menanggung semua pengobatan. Sopir bus sekolah itu sempat ditahan di kantor polisi, namun
kemudian di bebaskan dan di pecat dari pekerjaannya. Kasihan juga. Menurut
pengakuannya, ia ngebut karena dipaksa murid murid di dalam bus yang ia
kemudikan itu. Melihat situasi seperti itu, bu retno langsung memutuskan
mengajak arya menggantikan posisi reihan. Arya langsung menerimanya meski, ia
sebenarnya tak enak hati. Ya, kalu saja teman-temannya tahu bahwa ia pun
menginginkan dapat menggantikan reihan, tentu memalukan sekali
”kita harus
memenangkan kuis itu! Hadiahnya bisa kita sumbangkan buat memperbaiki gedung
sekolah kita!” seru arya di depan teman temannya saat berlatih. “ya, aku juga
setuju! Selain itu demi reihan!” sahut fahmi ikut menyemangati.
Fika, lita dan dammar, sisa anak kelas lima yang ikut,
langsung mengacungkan kepalan. Sisa tiga hari untuk bertanding. Kelimanya
saling membakar semangat bertanding.
Semangat dengan niat belum tentu sama.
Untuk membakar semangat mereka, sengaja sore harinya mereka
membesuk reihan di rumah sakit. Anak itu tampak lebih baik dari pada yang mereka
lihat sebelumnya. Sudah bisa membaca buku-buku yang di bawakan teman-temannya.
“ya, bu retno sudah memberitahuku kalau aku akan di gantikan
kak arya. Bagiku itu justru hal yang membanggakan. Soalnya, kak arya kan
pindahan dari sekolah ngetop di Jakarta. Katanya juga, dulu selalu rangking
pertama di kelas,” komentar raihan ketika membahas soal kuis uji cerdas.
Arya tersenyum. Ia merasa dibahunya ada sedikit beban yang
harus dipikulnya. Ya, sebuah tanggung jawab.